Adalah protagonis yang sedang ia lakoni
Di teriknya mentari ia menjala luka
Kembali ke rumah melahap resah
Menenggak kepura-puraan
Kaki pincang dan langkahnya tergopoh
Sedang kebahagiaan mulai beringsut
Mengubur dirinya dalam ketiadaan
Ditimbun pekat yang membuat sesak di dada
Ia menjerit pilu sepanjang purnama
Memutus pita suara
Memecah gendang telinga
Hingga tak lagi mengenali tawa
Dunia tinggal gulita, dengan kenangan memercik di atmosfernya
Meracik banyak rasa yang jadi padu dalam isi kepala
Menjadikan darah dan serpihan laranya mengarak ke jantung
Sementara dari luar, jari tangannya patah
Berupaya membanting sekat duka yang mengakar ke perut bumi
Meski bola matanya adalah wadah yang sarat kesengsaraan
Bara kehidupan masih menyala dalam dadanya yang tabah
Mencuat dari dalamnya jurang kenistaan
Menyeret tubuh melanjutkan pengembaraan