Ingar bingar semesta
Tersulut dalam api industrialisasi
Mesin-mesin nestapa
Bergelut dalam wacana hierarki
Asap mengepul di bumi tanpa jiwa
Gelap
Pekat
Ngeri
Dalam arus pembaharuan tanpa arti
Si Kecil terdiam
Dalam pasang surutnya bursa saham
Melamun
Menyepi
Dalam hak asasi tak manusiawi
Perut lapar terhanyut di sudut halte kiri
Melihat hilir mudik orang-orang berdasi
Si Kecil menatap tanpa ekspresi
Apakah kemajuan harus selalu begini?
Tubuh terhuyung bak rumput tersapu angin
Ia jatuh
Jatuh dalam lumpur hegemoni
Tenggelam hilang dan teralienasi dalam prahara tak berarti
Kemanakah Si Kecil pergi?
Ke gereja yang sepi?
Ke masjid yang tak dikunjungi?
Atau ke klenteng yang tak ditinggali?
Kini semua sunyi
Metafisika kini tak berarti
Manusia telah menyembah teknologi
Menjunjung asas globalisasi
Apakah semua berarti?
Si Kecil memeluk harap
Berujar dengan pasrah
Dengan air mata di pipi
Tuhan... Tuhan... Dimanakah engkau?
Ucapnya dalam rintih
Dimanakah engkau Tuhan?
Apakah di rumah-rumah ibadah yang mewah?
Ataukah di tempat pemujaan yang suci?
Lalu, bagaimana kami yang kotor, hina, papa ini datang padamu?
Tidak... Tidak begitu
Kau tidak berada berada di sana Tuhan...
Kau tidak berada di mana pun
Kau ada di sini...
Dalam hati jiwa-jiwa yang kehilangan eksistensi
Kini, akankah semua berubah?
Akankah kita berjumpa?
Setelah semua ini musnah
Dalam ruang murni tempat menetap kita
Tuhan...
Ku harapkan perjumpaan ini
Dalam sunyi tanpa ekspresi
Dalam hening dalam diksi
Dalam dirimu yang sejati