Bukan Salah Lo, Cuma Beda Tipe! Bongkar Rahasia Komunikasi Antar MBTI

Essa Fikri Fadilah
18 Sep 2025

Key Takeaways

  • Tipe kepribadian MBTI memengaruhi cara kita mengirim dan menerima informasi, entah itu secara langsung ke intinya atau butuh penjelasan yang lebih luas.
  • Konflik komunikasi sering kali muncul dari perbedaan fungsi dasar, seperti antara mereka yang mengandalkan logika (Thinking) versus perasaan (Feeling), atau fakta (Sensing) versus intuisi (Intuition).
  • Masalahnya bukan tentang siapa yang benar atau salah, melainkan tentang perbedaan "bahasa" atau frekuensi komunikasi yang digunakan oleh masing-masing tipe.
  • Kunci untuk menjembatani perbedaan ini adalah dengan menumbuhkan empati, mencoba memahami perspektif lain, dan mendengarkan secara aktif, bukan hanya menunggu giliran bicara.

Pernah nggak sih lo ngobrol sama orang, tapi rasanya kayak ngomong sama tembok? Lo udah jelasin panjang lebar, tapi dia nanggepnya beda. Atau sebaliknya, lo ngerasa omongan temen lo tuh muter-muter dan nggak jelas intinya di mana. Rasanya frustrasi banget, kan? Seolah-olah kalian ngomong pake bahasa yang beda, padahal sama-sama pake Bahasa Indonesia. Nah, perasaan ini tuh valid banget, dan sering kali akarnya bukan karena niat yang jelek, tapi karena perbedaan cara kita memproses dunia. Di Satu Persen, kami percaya memahami berbagai dinamika kehidupan adalah kunci untuk bisa bertumbuh. Salah satu cara buat ngertiin dinamika komunikasi ini adalah lewat kacamata MBTI. Penasaran sama tipe kepribadian lo dan gimana itu ngaruh ke cara lo menghadapi masalah? Cek kumpulan artikel kami seputar MBTI dan tes kepribadian lainnya di sini. Siapa tahu lo dapat pencerahan baru!

WhatsApp-Image-2025-09-15-at-19.40.21-8

Kok Bisa Beda-Beda? Akar dari Gaya Komunikasi MBTI

Mungkin lo mikir, "Emang sepenting itu ya MBTI buat komunikasi?" Jawabannya, penting banget sebagai alat bantu. MBTI ngasih kita peta buat memahami gimana preferensi alami seseorang dalam berpikir dan berinteraksi. Ini bukan label mati, tapi lebih ke "default setting" otak kita.

Ada empat pasang preferensi utama yang nentuin gaya komunikasi kita:

  1. Introvert (I) vs. Extrovert (E): Ini bukan soal pemalu atau supel, tapi soal energi. Extrovert dapet energi dari interaksi, jadi mereka cenderung think out loud (mikir sambil ngomong). Sebaliknya, Introvert butuh waktu buat memproses pikiran di dalam kepala sebelum diucapin. Jadi, jangan heran kalo si E bisa ngomong non-stop, sementara si I butuh jeda buat mikir dulu.
  2. Sensing (S) vs. Intuition (N): Ini soal cara kita ngumpulin informasi. Tipe Sensing fokus pada apa yang nyata, konkret, dan detail. Mereka ngobrolin fakta dan pengalaman masa lalu. Sementara itu, tipe Intuition lebih suka ngomongin pola, kemungkinan, dan gambaran besar di masa depan. Si S bakal nanya "Gimana cara kita ke sana?", sementara si N bakal nanya "Kebayang nggak serunya kalo kita udah di sana?".
  3. Thinking (T) vs. Feeling (F): Ini tentang cara kita ngambil keputusan. Tipe Thinking memprioritaskan logika, objektivitas, dan kebenaran. Gaya komunikasi mereka cenderung to the point dan kritis. Di sisi lain, tipe Feeling mengutamakan harmoni, empati, dan nilai-nilai personal. Mereka ngobrol dengan tujuan menjaga perasaan dan hubungan baik.
  4. Judging (J) vs. Perceiving (P): Ini soal gaya hidup kita di dunia luar. Tipe Judging suka hal yang terstruktur, terencana, dan pasti. Dalam obrolan, mereka suka kesimpulan yang jelas. Sebaliknya, tipe Perceiving lebih fleksibel, spontan, dan suka membiarkan opsi tetap terbuka. Mereka bisa aja ngobrol ngalor-ngidul tanpa harus ada ending yang pasti.

WhatsApp-Image-2025-09-15-at-19.40.20-3

‘Drama’ Paling Umum: Saat Tipe Berseberangan Saling Ngobrol

Nah, "drama" komunikasi biasanya terjadi waktu preferensi yang berseberangan ini ketemu. Coba bayangin skenario ini:

  • Si Logis (T) vs. Si Perasa (F): Temen lo yang tipe F lagi curhat soal masalahnya. Lo, sebagai tipe T, langsung ngasih solusi praktis, "Ya udah, harusnya lo lakuin A, B, C." Niat lo baik, mau ngebantu. Tapi si F malah makin sedih dan ngerasa lo nggak peduli sama perasaannya. Kenapa? Karena yang dia butuhin saat itu bukan solusi, tapi validasi emosional. Dia cuma pengen didengerin dan dimengerti.
  • Si Detail (S) vs. Si Visioner (N): Kalian lagi ngerencanain liburan. Lo yang tipe N semangat banget cerita soal "vibe" tempatnya, kemungkinan seru yang bisa dilakuin, dan betapa life-changing-nya trip ini nanti. Tapi temen lo yang tipe S malah pusing dan nanya, "Oke, tapi tanggal berapa? Naik apa? Budget berapa? Itinerary-nya mana?". Lo ngerasa dia ngerusak imajinasi lo, sementara dia ngerasa ide lo nggak realistis dan nggak ada dasarnya.
  • Si Perencana (J) vs. Si Fleksibel (P): Janjian ketemuan jam 7 malam. Lo yang tipe J udah siap dari jam 6.45. Jam 7 lewat 10, temen lo yang tipe P baru ngabarin, "OTW ya, hehe." Lo langsung stres karena ngerasa waktu lo nggak dihargai, sementara bagi si P, telat beberapa menit itu hal yang wajar dan nggak perlu dibikin pusing.

Lihat, kan? Nggak ada yang salah di sini. Semuanya cuma soal perbedaan "bahasa" dan prioritas.

Satu Persen adalah media edukasi life skills dan psikologi kehidupan yang mengajarkan pelajaran hidup yang tidak diajarkan di sekolah. Kami ngebahas soal pemahaman diri, hubungan sosial, produktivitas, karir, hingga makna hidup. Misi kami adalah membawamu berkembang mencapai kehidupan yang kamu layak dapatkan, setidaknya satu persen setiap harinya.

Nah, ngomongin soal berkembang dan ngebangun hubungan yang lebih baik, kadang kita butuh ruang buat diskusi dan ketemu orang-orang yang sefrekuensi. Di Komunitas Satu Persen, lo bisa kenalan sama temen baru, ikut event seru, dan dapet banyak insight buat #HidupSeutuhnya klik di sini.

Jembatan Komunikasi: 3 Tips Biar Lo Nggak Cuma ‘Nyambung’, tapi ‘Konek’

Oke, terus gimana caranya biar nggak "salah frekuensi" terus? Kuncinya bukan mengubah siapa diri lo atau orang lain, tapi membangun jembatan di antara perbedaan itu.

  1. Kenali ‘Bahasa’ Lawan Bicara Lo, Bukan Cuma Tipe Lo.Setelah tahu tipe MBTI lo, langkah selanjutnya adalah coba pahami tipe lawan bicara. Kalau lo tahu dia tipe Feeling, coba awali obrolan dengan mengakui perasaannya sebelum lo kasih solusi logis. Kalau dia tipe Sensing, siapin data dan contoh konkret, jangan cuma ngomongin ide abstrak. Ini bukan soal manipulasi, tapi soal empati dan efektivitas komunikasi.
  2. Buang Jauh-Jauh Asumsi Negatif.Ini penting banget. Saat terjadi miskomunikasi, jangan langsung mikir, "Ah, dia emang sengaja bikin gue kesel." Coba ganti jadi, "Mungkin cara dia komunikasi emang beda." Tipe T yang blak-blakan bukan berarti dia jahat, dia hanya menghargai kejujuran. Tipe P yang sering telat bukan berarti nggak menghargai lo, mungkin dunianya memang lebih fleksibel.
  3. Praktikkan Active Listening (Mendengarkan Aktif).Active listening bukan sekadar diem pas orang lain ngomong. Ini artinya lo beneran berusaha memahami pesannya. Coba deh parafrase atau ulangi apa yang dia bilang dengan bahasa lo sendiri, misalnya, "Oh, jadi maksud lo, lo ngerasa kecewa karena..." Ini nunjukkin kalo lo beneran dengerin dan ngasih kesempatan dia buat klarifikasi kalau ada yang salah tangkep.

Kesimpulan

Pada akhirnya, MBTI itu cuma alat, sebuah peta yang bantu kita navigasi dunia sosial yang kompleks. Peta ini nggak mendefinisikan siapa kita sepenuhnya, tapi bisa ngasih petunjuk berharga tentang kenapa kita dan orang lain bertindak dengan cara tertentu. Memahami pola komunikasi antar tipe bukan soal mencari siapa yang paling benar, tapi tentang menumbuhkan empati dan kemauan untuk saling mengerti. Dengan begitu, lo nggak cuma bisa mengurangi drama miskomunikasi, tapi juga bisa membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Ingat, perjalanan jadi lebih baik itu maraton, bukan sprint. Teruslah berproses untuk jadi lebih baik, setidaknya satu persen setiap hari, sesuai filosofi Satu Persen.

Coba deh ikutan Tes Psikologi Gratis dari Satu Persen di sini. Tes ini bisa bantu lo memahami diri sendiri lebih dalam sebagai langkah awal komunikasi yang lebih baik.

WhatsApp-Image-2025-09-17-at-11.58.21-2


FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apakah tipe MBTI seseorang bisa berubah seiring waktu?

Kepribadian inti kita cenderung stabil, tapi cara kita mengekspresikannya bisa berkembang seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Jadi, meskipun tipe dasar lo mungkin tetap, lo bisa belajar menggunakan fungsi-fungsi lain yang bukan dominan.

2. Tipe apa yang paling susah untuk berkomunikasi satu sama lain?

Tidak ada pasangan tipe yang mustahil untuk nyambung. Namun, tipe yang memiliki semua fungsi yang berseberangan (misalnya, ISTJ dan ENFP) seringkali membutuhkan usaha ekstra untuk saling memahami "bahasa" dan prioritas masing-masing.

3. Apakah buruk jika MBTI saya dan pasangan sangat berbeda?

Sama sekali tidak! Justru perbedaan bisa menjadi kekuatan yang saling melengkapi dalam hubungan. Kuncinya adalah kesadaran dan kemauan kedua belah pihak untuk menghargai dan beradaptasi dengan cara pandang yang berbeda.

4. Apa bedanya antara Psikotes Gratis dan Premium di Satu Persen?

Psikotes Gratis memberikan gambaran umum yang bermanfaat tentang kepribadian lo. Psikotes Premium menawarkan analisis yang jauh lebih mendalam, laporan komprehensif dari psikolog, serta saran pengembangan diri yang spesifik dan bisa langsung lo terapkan.

5. Apa manfaat utama bergabung dengan Komunitas Satu Persen?

Dengan bergabung di Komunitas Satu Persen, lo akan mendapatkan lingkungan yang suportif untuk bertumbuh. Selain itu, lo bisa mengikuti event-event eksklusif dan berdiskusi dengan ribuan anggota lain yang punya minat sama dalam pengembangan diri.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.