7 Kebiasaan Negatif Karyawan yang Bisa Ditemukan dengan Psikotes

Dilsa Ad'ha
11 Jan 2025

Key Takeaways

  • Psikotes membantu mengungkap kebiasaan negatif yang tersembunyi
  • 7 kebiasaan buruk yang bisa terdeteksi lewat psikotes
  • Solusi untuk mengatasi kebiasaan negatif di tempat kerja

Lo pernah gak sih ngerasa ada temen kerja yang suka bikin suasana kantor jadi nggak nyaman? Atau jangan-jangan... lo sendiri yang tanpa sadar punya kebiasaan yang bikin orang lain nggak nyaman? Tenang, gue di sini bukan buat judge siapa-siapa kok. Gue justru mau share temuan menarik tentang gimana psikotes bisa mengungkap kebiasaan-kebiasaan negatif yang mungkin kita nggak sadari.

Psikotes itu sebenernya bukan cuma buat rekrutmen doang lho. Menurut penelitian dari Life Skills Indonesia, tes ini bisa jadi cermin yang nunjukin berbagai aspek kepribadian kita di tempat kerja. Nah, yang bikin kaget, ternyata ada 7 kebiasaan negatif yang sering banget muncul dan bisa kedeteksi lewat psikotes.

Yang pertama, dan mungkin yang paling umum, adalah kecenderungan untuk berbohong atau yang sering disebut "faking good". Ini tuh kayak ketika kita berusaha keliatan perfect banget pas interview atau assessment. Padahal, menurut studi dari MSI Indonesia, kebohongan dalam psikotes itu sebenernya gampang banget ketahuan.

Terus yang kedua, masalah kesehatan mental kayak stres berlebihan. Life Skills Indonesia nyebutin kalau tingkat stres yang tinggi itu bisa keliatan dari pola jawaban dalam psikotes. Dan yang bahaya, ini bisa ngaruh banget ke performa kerja kita.

Nggak cuma itu, psikotes juga bisa nunjukin gimana kemampuan kita kerja dalam tim. Dreamtalent.id bahkan nyebutin kalau orang yang punya masalah dengan kerja sama tim biasanya menunjukkan pola tertentu dalam tes kepribadian mereka.

Lo tau nggak? Ternyata ada juga lho pola perilaku negatif lain yang bisa ketahuan, kayak sikap pesimis atau defensive. Bahkan, kemampuan manajemen waktu yang buruk pun bisa keliatan dari hasil psikotes.

Tapi tenang, semua ini sebenernya bisa diperbaiki kok. Yang penting adalah kita mau sadar dan open minded buat berkembang. Nah, di bagian selanjutnya, gue bakal jelasin lebih detail tentang gimana cara ngatasin kebiasaan-kebiasaan ini dan kenapa penting banget buat kita sebagai karyawan buat aware sama hal-hal kayak gini.

Dampak Serius Kebiasaan Buruk di Tempat Kerja

Nah, sekarang kita bahas lebih dalam tentang kenapa kebiasaan-kebiasaan buruk ini bisa jadi masalah serius.

Contohnya, masalah manajemen waktu. Ketika seorang karyawan kesulitan mengatur waktunya, itu nggak cuma bikin pekerjaan pribadi terhambat, tapi juga memengaruhi proyek tim. Bayangin kalau ada deadline penting, tapi ada satu orang yang nggak siap karena nggak bisa memprioritaskan tugasnya. Ini bisa bikin target perusahaan jadi molor dan reputasi tim di mata atasan menurun.

Ketidakjujuran di tempat kerja juga jadi masalah besar. Menurut data dari Satupersen.net, ketidakjujuran di tempat kerja bisa menurunkan tingkat kepercayaan dalam tim sampai 60%. Misalnya, ketika seseorang nggak transparan tentang hasil kerjanya atau menyembunyikan kesalahan, itu bisa bikin suasana kerja jadi nggak sehat. Rekan kerja yang merasa dikhianati cenderung kehilangan semangat kerja, dan akhirnya kolaborasi pun terganggu.

Masalah kesehatan mental juga nggak bisa diabaikan. Stres yang nggak ditangani dengan baik bisa menyebar ke rekan kerja lain, menciptakan suasana kantor yang toxic. Ketika satu orang stres, ada kemungkinan ia melampiaskannya dengan sikap negatif ke tim, entah itu lewat nada bicara yang kasar, ketidaksabaran, atau bahkan konflik langsung. Ini bisa menurunkan produktivitas secara keseluruhan dan bikin kantor kehilangan budaya kerja yang positif.

Cara Mengatasi Kebiasaan Negatif yang Terdeteksi

Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa mengenali kebiasaan buruk ini dan mengambil langkah konkret untuk memperbaikinya. Berikut ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan:

1. Evaluasi Diri Secara Berkala

Langkah pertama adalah evaluasi diri. Tanpa evaluasi, kamu nggak akan tahu apa saja kebiasaan yang perlu diperbaiki. Cobalah:

  • Lakukan self-assessment secara berkala. Misalnya, di akhir minggu, catat perilaku yang menurutmu kurang produktif dan dampaknya terhadap pekerjaan.
  • Minta feedback dari rekan kerja atau atasan. Kadang, orang di sekitar kita bisa memberikan pandangan yang lebih objektif tentang perilaku kita.
  • Catat perkembanganmu. Apakah sudah ada perubahan yang signifikan? Kalau belum, apa langkah berikutnya yang bisa dilakukan?

2. Tingkatkan Self-Awareness

Kesadaran diri adalah kunci untuk memperbaiki kebiasaan buruk. Kamu bisa mulai dengan:

  • Bikin jurnal harian tentang perilaku di tempat kerja. Tuliskan apa saja yang berjalan baik, apa yang nggak berjalan sesuai harapan, dan kenapa.
  • Ikut workshop pengembangan diri. Banyak pelatihan seperti ini yang bisa membantu kamu memahami kekuatan dan kelemahanmu.
  • Konsultasi dengan profesional. Kalau merasa kebiasaan negatif sudah terlalu berat untuk ditangani sendiri, nggak ada salahnya mencari bantuan psikolog atau mentor karier.

3. Ambil Langkah Konkret

Evaluasi dan kesadaran saja nggak cukup tanpa tindakan nyata. Misalnya:

  • Kalau kamu punya masalah dengan manajemen waktu, coba gunakan time-tracking apps untuk memantau aktivitasmu sepanjang hari.
  • Kalau ada masalah dalam komunikasi, ikut pelatihan public speaking atau belajar teknik komunikasi asertif.
  • Untuk masalah kerja sama tim, berusahalah untuk lebih aktif dalam kegiatan team building atau ajukan ide-ide kolaboratif saat rapat.

4. Cari Support System

Support system itu penting banget, terutama saat kamu sedang berusaha memperbaiki diri. Cobalah untuk:

  • Punya mentor di tempat kerja yang bisa memberikan bimbingan.
  • Bergabung dengan support group yang mendukung pengembangan pribadi atau profesional.
  • Lakukan regular check-in dengan supervisor untuk mendiskusikan perkembanganmu.

Kenapa Awareness itu Krusial?

Menurut riset dari Talentics.id, 80% karyawan yang aware terhadap kebiasaan negatifnya dan aktif mencoba memperbaiki diri menunjukkan progress signifikan dalam 3 bulan pertama. Ini membuktikan bahwa perubahan itu mungkin, asalkan kamu mau mulai dari langkah kecil.

Dengan menyadari dampak kebiasaan buruk dan mengambil tindakan untuk mengatasinya, kamu nggak cuma membantu dirimu sendiri, tapi juga memberikan kontribusi besar untuk tim dan perusahaan. Jadi, yuk mulai evaluasi diri dan ambil langkah nyata!

Kesimpulan

Setelah kita bahas semua hal di atas, pertanyaannya sekarang adalah: what's next? Nah, hal pertama yang bisa lo lakuin adalah dengan ikut Psikotes Premium dari Satu Persen. Dengan ikut psikotes ini, lo bisa:

  • Dapetin gambaran lengkap tentang kepribadian lo di tempat kerja
  • Tau area mana yang perlu lo improve
  • Dapet guidance spesifik buat pengembangan diri

Lo bisa langsung akses Psikotes Premium di satu.bio/psikotes-premium dan mulai perjalanan pengembangan diri lo sekarang juga.

BTW, kalau lo merasa butuh bantuan yang lebih personal, Satu Persen juga punya layanan Life Coaching yang bisa bantu lo mengatasi berbagai masalah di tempat kerja. Lo bisa cek detailnya di satu.bio/curhat-yuk.

FAQ

Q: Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kebiasaan negatif?

A: Berdasarkan penelitian, butuh sekitar 21-66 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Tapi ini tergantung juga sama konsistensi dan komitmen lo dalam melakukan perubahan.

Q: Apakah semua kebiasaan negatif bisa terdeteksi lewat psikotes?

A: Psikotes memang bisa mengidentifikasi banyak aspek kepribadian, tapi nggak semua kebiasaan bisa terdeteksi. Makanya, penting untuk melengkapinya dengan self-assessment dan feedback dari orang lain.

Q: Gimana kalau hasil psikotes gue jelek?

A: Nggak ada yang namanya hasil psikotes jelek. Hasil psikotes itu lebih ke gambaran kepribadian lo, yang penting adalah gimana lo menggunakan informasi ini untuk berkembang.

Q: Apakah kebiasaan negatif bisa berubah total?

A: Dengan komitmen dan usaha yang konsisten, kebiasaan negatif bisa diubah jadi lebih positif. Tapi ingat, perubahan itu proses, jadi butuh kesabaran dan konsistensi.

Q: Apa bisa ikut psikotes lebih dari sekali?

A: Tentu aja bisa! Bahkan direkomendasikan untuk melakukan psikotes secara berkala untuk melihat perkembangan diri lo.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.